Gadgetmu Identitasmu

Nama adalah identitas paling sederhana yang berguna untuk mengenali seseorang. Dengan nama, kita dapat membeda kan si A dari si B, si B dari si C, si A dari si C, dan seterusnya. Memang ada orang-orang yang memiliki nama sama, tapi – jumlahnya tidak banyak. Kita pun masih bisa membedakannya dari ciri-ciri fisik yang dimiliki masing-masing pemilik nama. Di era teknologi mobile saat ini, identitas seseorang bukan hanya nama, tetapi juga gadget yang digunakannya. Harga bukan masalah Awal tahun ini, dua smartphone kelas atas masuk ke Indonesia. sen, yaitu iPhone 5S dari Apple dan Nexus 5 dari Google yang perangkatnya diproduksi LG. Kehadiran kedua smartphone kelas atas tersebut sangat menarik karena masing-masing menggunakan platform paling populer saat ini dan harga keduanya tidak murah.

Nexus 5 yang merupakan smartphone pertama yang dibekali Android 4.4 KitKat dibanderol dengan harga Rp5,5-5,7 juta. Harga jual iPhone 5S yang ketika diluncurkan sudah menggunakan iOS 7 bahkan lebih fantastis. Tanpa kontrak dengan operator, iPhone 5S 16 GB dijual Rp10,5 juta, sementara harga iPhone 5S 32 GB dan 64 GB tanpa kontrak masing-masing adalah Rp12 juta dan Rp13,6 juta! Tapi, bukan orang Indonesia namanya kalau gadget-nya tidak up-to-date. Berapa pun harga sebuah gadget terbaru, tetap saja banyak orang yang memburunya. Tidak jarang terjadi antrean yang mengular ketika penjualan perdana gadget terbaru diadakan. Artinya, gadget, terutama yang termasuk kelas atas, sudah menjadi identitas tersendiri bagi pengguna perangkat mobile. Penanda status Fenomena tersebut bisa dibaca seperti ini: gadget kelas atas bisa menjadi penanda status sosial dan atau savvy-tidaknya seseorang terhadap teknologi terbaru.

Dalam hal gadget menjadi penanda status sosial agaknya tidak perlu diperdebatkan lagi. Pasalnya, hanya masyarakat kelas menengah-atas lah yang bisa membeli gadget keluaran terbaru dengan harga lebih dari 5 juta rupiah. Kelompok masyarakat ini sudah mengesampingkan faktor kebutuhan sebagai pertimbangan utama dalam membeli gadget. Kalau pun kebutuhan menjadi pertimbangan, tujuannya tidak lain untuk menjaga status mereka di tengah komunitasnya. Mereka inilah yang rela antre, bahkan pergi ke luar negeri untuk mendapatkan gadget terbaru. Lain lagi halnya dengan gadget sebagai penanda savvy-tidaknya seseorang. Pengguna yang termasuk kelompok ini adalah orang-orang yang aktivitas kesehariannya tidak jauh dari dunia gadget dan teknologi informasi atau pekerja media. Bagi kelompok ini, mempunyai gadget terbaru memang sebuah keharusan. Sebab, mereka adalah orang-orang yang dituntut untuk menjadi early adopter sehingga bisa menjadi rujukan bagi orang-orang di sekitarnya atau audiensnya. Tak lama lagi, gadget akan benar-benar menjadi identitas pribadi. NFC dan wearable gadget adalah inovasi awal menuju era tersebut. Nantinya, kita cukup men-tap gadget untuk akses keamanan, melakukan transaksi keuangan, dan sebagainya. Imajinasi itu terlalu jauh? Well, it’s not impossible. It’s inevitable

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *